Ayo Luruskan Niat, Tegakkan Kebenaran, Keadilan Kemakmuran di Indonesia untuk Kehidupan yang lebih baik dan sejahtera

Minggu, 10 Februari 2019

Jangan Pernah Ragu, Setiap Bakti Kita Kepada Ibu Niscaya Akan Diganjar Dewa Dengan Tetesan Rezeki

Sebagian kali, dahulu, bunda memohon saya membawakan ia ke rumah sakit buat general check - up. sehabis melewati umur 73, kesehatan beliau benar agak menyusut.

tetapi, karna padat jadwal bekerja, saya senantiasa menunda - nunda kemauan bunda. kala saya menikah, mempunyai anak, lalu pindah rumah, ajakan itu terlebih lagi terlupakan sama sekali. bunda benar tidak sempat mengeluhkan penyakitnya.

datang sesuatu pagi, saya ditelepon kakak, “ibu koma! ” saya kaget, nyatanya bunda terjangkit komplikasi darah besar dan juga diabet. 3 hari sehabis itu, pada umur 77, tahun 1989, bunda meninggal.

ah, seandainya. ya, seandainya saya dahulu penuhi ajakan bunda, penyakitnya sanggup jadi sanggup ditemukan lebih dini, hingga - hingga sanggup jadi pula tumpuan makan beliau sanggup dilindungi.

penyesalan cuma tinggal penyesalan, yang usang melukai dan juga membebani hati aku, hingga ketika ini. satu ahad kemudian, seseorang sobat meringik, beliau begitu tidak kokoh mengalami ibunya.

satu ahad 2 kali ibunya memohon diantar ke dokter yang berubah, sementara itu obat dari dokter sebelumnya belum dijamah. tiap dokter yang dikunjungi bilang, ibunya sehat - sehat aja. sobat saya tekanan pikiran.

terlebih, apa juga yang beliau bagikan buat ibunya senantiasa diterima baik di depannya. tetapi, di belakangnya, oleh-oleh itu dicampakkan. kadangkala sobat saya itu sakit hati, terasa tidak dihargai.

mendengar penuturan sobat tadi, dongeng bunda berulang mencuat dari benak aku. sobat saya itu semestinya bersyukur, masih pernah berbakti pada ibunya, selagi yang bersangkutan masih sanggup menikmati bakti itu.

la tidak menyadari, tiap baktinya diganjar yang kuasa dengan tetesan rezeki. sanggup jadi, tetesan rezeki yang diterimanya ketika ini berkat doa yang dipanjatkan si bunda.

bahwa toh ibunya agak “bertingkah”, sanggup jadi beliau mau mencicipi kasih sayang, serupa yang sepanjang ini beliau bagikan kepada anak - anaknya. isilah sisa - sisa hidup bunda dengan kehangatan.

jangan perkenankan beliau hadapi empty - nest (kandang kosong) , dikala seluruh anak - anaknya berangkat meninggalkan. jikalau nanti bunda sudah wafat, cuma hendak teronggok kerasa sesal. serupa aku.






( sumber: intisari. grid. id )

Sumber http://islamsosialmedia.blogspot.com
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Sample Text

Copyright © Ayo Luruskan | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Free Blogger Templates