Ayo Luruskan Niat, Tegakkan Kebenaran, Keadilan Kemakmuran di Indonesia untuk Kehidupan yang lebih baik dan sejahtera

Sabtu, 09 Februari 2019

Cara Gampang Dalam Islam Membongkar Belakang Layar Kepribadian Lelaki


 Syaikh Abdul Malik Ramadhani Hafizhahullah Cara Praktis Dalam Islam Membongkar Rahasia Kepribadian Lelaki

Oleh

Syaikh Abdul Malik Ramadhani Hafizhahullah

‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha meriwayatkan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda :

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِي

“Sebaik-baik kalian ialah orang yang paling baik bagi keluarganya. Dan saya orang yang paling baik bagi keluargaku” [HR. At Tirmidzi no: 3895 dan Ibnu Majah no: 1977 dari sahabat Ibnu ‘Abbas. Dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Ash Shahihah no: 285].

Hadits di atas, hadits yang sangat mulia. Sebuah hadits yang memperlihatkan biar insan bersikap mulia dan berlaku jujur. Begitu pula bagi seorang suami khususnya, karena ia sebagai pemimpin dan bertanggung jawab kepada keluarga. Maka menjadi keharusan, biar kita mencerna tingkat urgensinya.

ISTRI HARUS DIKASIHI, BUKAN DIPECUNDANGI

Allah membuat perempuan sebagai makhluk yang lemah. Di sisi lain, seorang lelaki ditakdirkan untuk memimpin perempuan dengan kelebihan yang dikaruniakan Allah baginya. Sifatnya yang dominan, ingin mengatur, berkuasa akan tampak ketika berinteraksi dengan anggota keluarga, khususnya sang istri; perempuan absurd yang masuk dalam kehidupan barunya. Tindak-tanduk si istri akan menguji kesabarannya.
Lelaki yang jelek perangainya, akan terdorong berbuat aniaya kepada kaum yang lemah (istrinya).

Kekerasan rumah tangga yang timbul dari suami terhadap istrinya, memperlihatkan bahwa sang suami termasuk prototype orang yang lemah juga. Berbeda bila seorang suami termasuk sosok yang berkepribadian kuat, tegar lagi kokoh, maka hatinya tidak akan keras. Dia tidak tega berbuat aniaya terhadap kaum yang lemah. Barangsiapa bisa menguasai diri ketika berhadapan dengan mereka, yaitu para wanita, sungguh kebaikan telah muncul pada dirinya.

Al Mubarakfuri ketika menandakan hadits tersebut dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi (4/274) mengatakan: “Mereka (para wanita) ialah orang yang harus dirahmati (dikasihi) karena kelemahan fisik mereka”.
Asy Syaukani menjelaskan makna hadits tersebut dengan menyatakan : “Dalam hadits ini tersimpan catatan penting. Bahwa orang yang paling tinggi derajatnya dalam kebaikan dan paling berhak meraih sifat tersebut ialah, orang-orang yang paling baik perilakunya kepada keluarganya. Sebab, keluarga, mereka itu merupakan orang-orang yang paling berhak dengan wajah manis dan cara bergaul yang baik, curahan kebaikan, diusahakan mendapatkan manfaat, dilindungi dari bahaya. Jika ada lelaki yang demikian, pasti ia berpredikat sebagai insan yang terbaik. Jika ia bersikap sebaliknya, maka ia berada dalam keburukan.

Banyak orang yang terjerumus dalam keteledoran ini. Anda bisa menyaksikan seorang lelaki, bila ia menjumpai keluarganya, maka menjadi sosok yang akhlaknya buruk, sangat pelit dan sedikit sekali berbuat baik kepada mereka. Tetapi, apabila bersama orang lain, maka engkau akan dihormati, akhlaknya melunak, jiwanya menjadi dermawan, ringan tangan. Tidak diragukan, pria semacam ini ialah insan yang terhalang dari taufik Allah, menyimpang dari jalan yang lurus. Semoga Allah memperlihatkan keselamatan bagi kita dari hal itu”.[2]

Sengaja keterangan ulama ini dikutip secara lengkap, alasannya merupakan pesan sangat berharga dari dia bagi para suami dan ayah, yang banyak lalai dari kebijaksanaan pekerti luhur dalam bergaul dengan keluarga.
Anda bisa saksikan, berapa banyak lelaki sangat dekat bersama rekan sejawatnya. Namun tatkala kembali ke rumah, ia bermetamorfosis insan yang bakhil, lagi menakutkan. Padahal, semestinya, pihak yang paling pantas mendapatkan kebaikan maupun kelembutannya ialah keluarganya. Pepatah mengatakan, al aqrabin aula bil ma’ruf. Artinya, kaum kerabat paling utama mendapatkan kebaikan.

Jadi, keluarga harus disikapi dengan penuh kasih sayang, kontrol yang baik, sabar terhadap kesalahan dan kekeliruan mereka, serta berusaha mengoreksi kesalahan dengan cara elegan, penuh hikmah, sebagaimana yang ia tunjukkan kepada orang lain di luar rumah.

 Syaikh Abdul Malik Ramadhani Hafizhahullah Cara Praktis Dalam Islam Membongkar Rahasia Kepribadian Lelaki

KENALILAH LELAKI MELALUI INTERAKSINYA DENGAN KELUARGANYA

Sebuah kaidah mengatakan, seseorang akan gampang dikenali di rumah daripada di luar rumah.

Penjelasannya, ia tidak sulit bersikap akal-akalan di luar rumah, memerankan aksara yang berbeda dari aksara aslinya. Orang yang terbiasa kasar, bisa menampilkan aksara yang simpatik, sabar terhadap kesalahan orang lain di luar rumah. Karena kebersamaannya dengan orang lain di luar rumah sejenak. Bisa cuma setengah jam atau hanya satu jam.

Bersama mereka, orang sanggup bersandiwara menyerupai yang dilakukan para hipokrit dan pegawai-pegawai. Memperlihatkan kebijaksanaan pekerti yang baik, jauh dari tindakan yang tak bermoral. Berbeda ketika di rumah, ia akan susah memerankan dramanya sepanjang waktu. Sebab waktunya lama. Kesabarannya untuk bermuka dua akan terkikis seiring dengan perjalanan detik demi detik, sehingga akan kembali kepada kepribadian aslinya. Disebutkan oleh pepatah, kepura-puraan akan terkalahkan oleh sikap bawaan.

Terkadang, sikap yang berpura-pura bermuka baik dalam waktu yang sementara bisa dilewatinya dengan sukses, menyerupai sikap sejumlah lelaki yang kurang bermoral ketika akan meminang seorang gadis. Pihak lelaki memperlihatkan eksklusif yang baik untuk menjaga imej, sehingga keburukan perangainya ditutupinya serapat mungkin. Pernikahanlah yang akan membongkarnya. Sehingga tak tidak mungkin sanggup memicu timbulnya perceraian antara pasangan suami istri, karena adanya unsur tipuan dan kamuflase ketika proses nazhar (perkenalan) sebelum pernikahan.

Jadi, di rumah, kepribadian seorang suami akan gampang diketahui. Apakah ia seorang eksklusif yang lembut atau berperangai kasar? Apakah ia gemar memberi atau pelit? Apakah ia hening atau orang yang gampang kalut? Pergaulan di rumah akan memberitahukan secara sempurna keaslian aksara lelaki. Maka, kenalilah diri Anda ketika berada di dalam rumah. Bagaimanakah kesabaran Anda ketika berhadapan dengan anak-anak? Bagaimana sikap Anda menghadapi kelemahan istri? Bagaimana ketegaran Anda dalam memikul tanggung jawab keluarga? Orang yang tidak cakap memimpin rumah tangga, pasti tidak bisa untuk mengarahkan umat manusia. Inilah belakang layar dari sabda Nabi n di permulaan goresan pena ini.

TETANGGA JUGA MENJADI BAROMETER

Semakna dengan hadits di atas, yaitu sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

خَيْرُ ْالأَصْحَابِ عِنْدَ اللهِ خَيْرُهُمْ لِصَاحِبِهِ وَخَيْرُ الْجِيرَانِ عِنْدَ اللهِ خَيْرُهُمْ لِجَارِهِ

“Sebaik-baik mitra ialah orang yang paling baik kepada kawannya. Dan sebaik-baik tetangga ialah orang yang paling baik kepada tetangganya”[3].

Keberadaan tetangga atau para koleganya tidak berbeda dengan anggota keluarga dalam mempengaruhi kepribadian seseorang. Saking seringnya berinteraksi, mereka bisa mengetahui dan meneropong rahasianya yang tidak diketahui oleh orang yang masih absurd terhadap dirinya. Kebaikannya dibuktikan dengan besarnya kesabaran dirinya ketika menghabiskan waktu bersama tetangga atau para koleganya. Oleh karena itu, para tetangga dan mitra tidak akan melontarkan kebanggaan dan sanjungan, kecuali sesudah mereka melihat cara pergaulan yang baik dan moral yang luhur pada dirinya. Maka, kembali kepada sebuah pedoman, seseorang tidak bisa dikenali dengan baik kecuali melalui pergaulan. Rahasia ini hanya berada di tangan keluarga, tetangga dan sahabat dekat.

Ada orang yang sangat pemalu, lembek, cengeng terhadap sebuah gangguan, sehingga ia mengisolasi diri dari masyarakatnya. Orang-orang pun menilainya sebagai eksklusif yang pendiam, mulia, mulutnya terjaga dari ghibah. Tetapi, ternyata evaluasi ini bertolak belakang. Karena, realitanya, kepada keluarganya ia bersikap kasar, suka menyakiti anggota keluarga lainnya. Dia tidak bisa menampilkan potret dirinya di masyarakat, karena rendah dirinya ketika bertemu dengan orang-orang asing. Dan, ini yang penting, kekerasan eksklusif pada diri seseorang, bekerjsama muncul karena kesalahannya sendiri. Dia bahagia mengurung diri dari pergaulan luar. Orang-orang menyerupai ini, tidak mungkin dikenali dengan baik, kecuali melalui akreditasi anggota keluarganya.

Maka, hadits di atas merupakan sebuah hadits yang sangat penting. Kendati ringkas lafazhnya, tetapi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperlihatkan aliran yang terang untuk mengenal seseorang.
Wallahu a’lam.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 10/Tahun IX/1426H/2005M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
________
Footnote
[1]. Diringkas dari kitab Al Mau’izhatul Hasanah fi Akhlaqil Hasanah, hlm 74-82, karya Syaikh Abdul Malik Ramadhani hafizhahullah Cet.II Th. 1426 H.
[2]. Nailul Authar (6/360).
[3]. HR At Tirmidzi, no. 1944 dishahihkan oleh Syaikh al Albani.


Sumber 




Terima Kasih sudah membaca, Jika artikel ini bermanfaat, Yuk bagikan ke orang terdekatmu. Sekaligus LIKE fanspage kami juga untuk mengetahui informasi menarik lainnya  @Tahukah.Anda.News

republished by Ayo Jalan Terus! -  Suarakan Fakta dan Kebenaran ! 




Sumber https://ayojalanterus.blogspot.com
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Sample Text

Copyright © Ayo Luruskan | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Free Blogger Templates