Ayo Jalan Terus ! - Pernyataan yang disampaikan calon presiden Joko Widodo mengenai propaganda Rusia dinilai sanggup membuat aib dan membahayakan posisi Indonesia serta membuat ketegangan di dunia.
“Pilpres 2019 mendatang yang akan digelar pada 17 April, ialah pilpres-nya rakyat Indonesia. Dan proses demokrasinya berada di dalam wilayah nasional. Tapi kenapa Jokowi membawa-bawa Rusia,” ujar Yudi kepada redaksi, Ahad 3 Februari 2019.
Dia mengingatkan bahwa korelasi Indonesia dan Rusia sudah terjalin dengan sangat baik. Rusia sebagai negara sobat Indonesia tidak pernah ikut campur urusan dalam negeri Indonesia.
“Jokowi semakin hari, semakin membahayakan Indonesia dan terindikasi membangun permusuhan internasional,” kata ia lagi.
“Semoga Jokowi sanggup segera sadar apa yang dilakukan dan tidak mengulangi pernyataan menyerupai itu,” sambungnya.
Yudi mengingatkan, sebagai capres Jokowi tidak perlu paranoid dan mestinya punya emosi yang lebih stabil. Menang atau kalah ialah hal biasa dalam perlombaan.
“Yang penting tidak perlu hingga membuat kerusakan nasional,” demikian Yudi.
Kedubes Rusia Tepis Pernyataan Jokowi
Sementara itu, Kedutaan Besar Rusia di Indonesia secara resmi menepis pernyataan Presiden Jokowi terkait ‘Propaganda Rusia’ dalam Pilpres di Indonesia.
Pernyataan itu disampaikan Kedubes Rusia lewat akun Twitter resmi @RusEmbJakarta pada Senin 4 Februari 2019. Ada 3 cuitan terkait propaganda Rusia ini.
“Berkaitan dengan beberapa publikasi di media massa wacana seolah-olah penggunaan ‘propaganda Rusia’ oleh kekuatan-kekuatan politik tertentu di Indonesia, kami ingin memberikan sebagai berikut,” tulis Kedubes Rusia.
Rusia menyatakan istilah ‘propaganda Rusia’ di Pilpres Amerika Serikat ialah rekayasa. Rusia menegaskan tidak ikut campur di Pilpres AS hingga Indonesia.
“Sebagaimana diketahui istilah ‘propaganda Rusia’ direkayasa pada tahun 2016 di Amerika Serikat dalam rangka kampanye pemilu presiden. Istilah ini sama sekali tidak berdasarkan pada realitas,” tegas Kedubes Rusia.
Isu soal propaganda Rusia ini disampaikan Jokowi ketika menghadiri acara deklarasi Forum Alumni Jawa Timur di Tugu Pahlawan, Kota Surabaya, Jawa Timur, Sabtu 2 Februari 2019. Jokowi menyampaikan dunia perpolitikan di Indonesia dipenuhi banyak fitnah dan kabar bohong alias hoax.
Sumber: Swamedium
Bantah Tudingan Jokowi soal 'Propaganda Rusia', BPN Prabowo: Pemerintah Pabrik Hoax!
Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi membantah tudingan Presiden Jokowi soal 'Propaganda Rusia'.
"Yang berbagi kebohongan, ya, penguasa. Pabrik hoax ya pada pemerintah alasannya punya kekuasaan. Mereka membuat aturan, punya aparat, media, logistik," kata juru debat BPN Prabowo-Sandi, Ahmad Riza Patria, di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (4/2/2019), menyerupai dilansir detikcom.
Menurut Riza, kubu petahana justru merupakan pihak yang paling berpotensi memakai kabar bohong atau hoax. Sebab, kata dia, oposisi mempunyai keterbatasan.
"Penyebar hoax, ya, di mana-mana ya penguasa, alasannya punya kekuasaan dan segalanya. Oposisi ini tidak punya apa-apa kecuali hati nurani dan semangat juang demi keadilan, bangsa, dan negara," ujar politikus Gerindra itu.
Lantas, menyerupai apa taktik tim
Menurut Riza, kubu petahana justru merupakan pihak yang paling berpotensi memakai kabar bohong atau hoax. Sebab, kata dia, oposisi mempunyai keterbatasan.
"Penyebar hoax, ya, di mana-mana ya penguasa, alasannya punya kekuasaan dan segalanya. Oposisi ini tidak punya apa-apa kecuali hati nurani dan semangat juang demi keadilan, bangsa, dan negara," ujar politikus Gerindra itu.
Lantas, menyerupai apa taktik tim
Prabowo-Sandi sebagai kubu penantang Jokowi? "Strategi kami biasa-biasa saja. Nggak ada yang luar biasa. Kami menyadari punya banyak keterbatasan, sementara Pak Jokowi punya uang, logistik, anggaran sebagainya," ucap Riza.
Sebelumnya, Jokowi menuding ada pihak yang memakai propaganda Rusia untuk memutarbalikkan fakta, berbagi fitnah, berbagi hoax.
Tudingan Jokowi ini dibantah oleh Kedubes Rusia melalui akun resmi twitternya.
"Istilah “propaganda Rusia” direkayasa pada tahun 2016 di Amerika Serikat dalam rangka kampanye pemilu presiden. Istilah ini sama sekali tidak berdasarkan pada realitas," kata Kedubes Rusia, Senin (4/2/2019).
"Kami menggarisbawahi bahwa posisi prinsipil Rusia ialah tidak campur tangan pada urusan dalam negeri dan proses-proses elektoral di negara-negara asing, termasuk Indonesia yang merupakan sobat bersahabat dan kawan penting kami," tegas Kedubes Rusia.
Sebelumnya, Jokowi menuding ada pihak yang memakai propaganda Rusia untuk memutarbalikkan fakta, berbagi fitnah, berbagi hoax.
Tudingan Jokowi ini dibantah oleh Kedubes Rusia melalui akun resmi twitternya.
"Istilah “propaganda Rusia” direkayasa pada tahun 2016 di Amerika Serikat dalam rangka kampanye pemilu presiden. Istilah ini sama sekali tidak berdasarkan pada realitas," kata Kedubes Rusia, Senin (4/2/2019).
"Kami menggarisbawahi bahwa posisi prinsipil Rusia ialah tidak campur tangan pada urusan dalam negeri dan proses-proses elektoral di negara-negara asing, termasuk Indonesia yang merupakan sobat bersahabat dan kawan penting kami," tegas Kedubes Rusia.
"Propaganda ala Rusia" by Zeng Wei Jian
Capres Joko Widodo menyatakan ada timses menyiapkan propaganda ala Rusia. Pihak Embassy Rusia bereaksi. TKN semaput. Sekjen Karding pasang tubuh redam tensi. Kompensasi dari bargain jatah 10 bangku menteri PKB.
Sudah dua kali eskalasi suhu sociopolitical climate bilateral RI-Rusia naik. Sebelumnya, Caleg PSI Tsamara Amini merobek ketenangan Rusia.
Pengaruh Rusia di atas catur politik Indonesia nyaris tak terdengar. Baru di rezim ini, Rusia bolak-balik sibuk penjelasan atas statement politisi lokal.
Phobia Rusia ala Capres Joko Widodo menyerupai histeria Hillary Clinton. Tipologinya serupa. Rezim Jokowi-Jeka merupakan proxy Obama. Dan Hillary ialah penerus Liberals Obama yang kalah oleh kerja sama Trump-Putin nasionalistik camp.
Di belakang Hillary, ada the old establishment Yahudi, Soros, Rothschild, Rockefeller, Liberal, Leftist, LGBT, feminis, Social justice warrior, Antifa, hypocrites dan atheist.
Mereka hendak membuat New World Order dan One Nation Under God.
Pengaruh Rusia di atas catur politik Indonesia nyaris tak terdengar. Baru di rezim ini, Rusia bolak-balik sibuk penjelasan atas statement politisi lokal.
Phobia Rusia ala Capres Joko Widodo menyerupai histeria Hillary Clinton. Tipologinya serupa. Rezim Jokowi-Jeka merupakan proxy Obama. Dan Hillary ialah penerus Liberals Obama yang kalah oleh kerja sama Trump-Putin nasionalistik camp.
Di belakang Hillary, ada the old establishment Yahudi, Soros, Rothschild, Rockefeller, Liberal, Leftist, LGBT, feminis, Social justice warrior, Antifa, hypocrites dan atheist.
Mereka hendak membuat New World Order dan One Nation Under God.
Penggunaan terminologi pejoratif “Propaganda Rusia” menyiratkan sebuah kepanikan yang disebut Jennifer Panning of Evanston dengan “Trump Anxiety Disorder”.
Capres Joko Widodo yang gres saja diberi gelar “Cak Jancuk” oleh pengikutnya sendiri dinilai kurang memahami korelasi internasional.
Tapi berdasarkan saya, ia hebat. Dia sengaja memakai istilah “Propaganda Rusia” sebagai bahasa politik menarik pemberian Beijing dan Australia.
Kubu Joko Widodo mengira sekalipun korelasi Sino-Russian bersifat “close and cordial”, terutama di level aliansi geopoliticaland regional dan punya significant levels of trade, tapi sanggup berbeda kepentingan di “Masalah Indonesia”.
Di Pilpres Amerika, Xi Jinping lebih condong ke blok Hillary. Sedangkan Putin preferred Trump.
Di bawah Putin’s leadership, Moscow merayap hendak mengembalikan statusnya sebagai global power.
Russian Pacific Fleet meningkatkan kekuatan dengan menambah 11 nuclear-powered dan diesel-electric submarines, plus 19 unit warship.
Baru-baru ini, Rusia menggelar latihan perang terbesar selama 37 tahun. The Vostok 2018 war games menyertakan 297 ribu prajurit, seribu pesawat tempur dan 80 kapal perang.
Selain menggelar joint exercise dengan Pakistan, kapal-kapal perang Rusia beroperasi di Samudera Hindia dan Pasifik.
April 2019 akan menjadi panggung pembuktian kekuatan aliansi fleet Jokowi-Maruf-Australia-Beijing-Liberal-Globalist Agenda.
Penulis: Zeng Wei Jian
Terima Kasih sudah membaca, Jika artikel ini bermanfaat, Yuk bagikan ke orang terdekatmu. Sekaligus LIKE fanspage kami juga untuk mengetahui informasi menarik lainnya @Tahukah.Anda.News
0 komentar:
Posting Komentar